blank
Dua orang pedagang daging ayam potong menunggu pembeli, (Suarabaru.id/dh)

 

MAGELANG- Melambungnya harga daging ayam potong yang menyebabkan pedagang enggan berjualan selama tiga hari,  ternyata tidak berimbas banyak pada penjualan ayam kampung dan ikan.

Ratmi, salah satu pedagang ikan menerangkan, pembelinya tidak naik signifikan sejak harga daging ayam naik. ‘’Penjualan ayam kampung dan ikan biasa saja, meskipun tidak ada yang jualan daging ayam potong selama tiga hari lalu. Ternyata pembeli tidak beralih ke ikan,’’ terangnya.

Mulai Rabu (25/7) pedagang daging ayam potong di Pasar Rejowinangun dan Padsar Kebonpolo mulai menjajakan dagangannya. Sebelumnya, selama tiga hari mereka tidak berdagang karena, langkanya daging tersebut di pasaran yang berakibat harganya mahal.

Kembalinya pedagang berjualan disambut baik para pembeli yang selama beberapa hari kesulitan mendapat daging tersebut.

Yuli, pedagang daging ayam di Pasar Rejowinangun sudah  kembali berjualan. Sebelumnya, dia mengaku dilarang berjualan oleh paguyuban pedagang ayam selama tiga hari dari Minggu  sampai Selasa (22-24/7).

‘’Saya diberitahu dilarang jualan selama tiga hari, gara-garanya harga ayam naik. Biasanya Rp 32.000-Rp 33.000/kilogram, sekarang sampai Rp 38.000-Rp 40.000/kilogram,” ujarnya kemarin.

Umi, pedagang yang sama di Pasar Kebonpolo juga sudah mulai berjualan. ‘’Tiga hari libur karena harga daging ayam mahal, sehingga omset penjualan menurun drastis. Pembeli kebanyakan langganan dari warung-warung makan. Tapi, banyak juga ibu-ibu rumah tangga yang beli. Karena harganya naik, mereka tidak beli,’’ katanya.

Mahalnya harga ayam pedaging dari tingkat peternak, membuat para pedagang daging ayam di sejumlah pasar tradisional di Kota Magelang memilih tidak berjualan. Jika dipaksakan berjualan, para pedagang khawatir mengalami kerugian.

Dari pantauan di Pasar Rejowinangun dan Pasar Kebonpolo Kota Magelang selama Minggu-Selasa (22-24/7), los daging ayam yang ada di kedua pasar tersebut kelihatan tidak ada aktivitas. Pedagang memilih meninggalkan los dagangannya kosong, kecuali pedagang daging ayam kampung yang tetap berjualan.

Salah satu pedagang di Pasar Kebonpolo, Maesaroh (49) mengemukakan, mogoknya pedagang ini karena pasokan dari peternak mengalami pengurangan. Akibatnya harga melambung tinggi.

‘’Harga beli dari peternak sudah termasuk tinggi, yakni mencapai Rp 25.000 per kilogram ayam hidup,” ungkapnya.

Menurutnya, harga beli dari peternak yang sudah tinggi menyebabkan  pedagang tidak bisa berbuat banyak.

Sebab, kalau dijual mahal ke konsumen pedagang takut tidak laku sehingga mengalami kerugian.

‘’Harga dari peternak sudah Rp 25.000/kilogram ayam hidup. Kalau dijual dengan harga Rp 35.000/kg ke konsumen, kami yang merugi. Kalau dijual lebih mahal, kami takut tidak ada yang membeli. Kalau sudah begitu, kami memilih tidak berjualan untuk sementara waktu,’’ jelasnya. (Suarabaru.id/dh)