blank
PURBA : Fosil gading gajah purba dan kepala kerbau purba yang ditemukan di Medalem, Kecamatan Kradenan, kini tersimpan di rumah sejarah TamanTirtonadi, Blora, salah satu magnet wisatawan haritage. Foto : Hn

BLORA – Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora, H. Kunto Aji, optimis mampu merealisasi target 200.000 wisatawan berkunjung ke kabupaten penghasil kayu jati.

Target itu, dibebankan pada tahun anggaran 2018, dan Pemkab semakin optimis bisa merealisasinya, karena sektor wisata di kabupaten paling timur di Jateng ini mulai menggeliat.

“Kami optimis, TA 2018 ini 200.000 wisatawan berkunjung ke Blora,” beber Kepala Dinporabudpar, H. Kunto Aji, Senin (23/7).

Menurutnya, target itu tidak tanpa dasar, karena hasil pendataan dan beberapa kali survei jajarannya jumlah wisatawan yang berkunjung di Blora terus meningkat signifikan.

Peningkatan itu, lanjutnya, terbanyak di sektor wisata kuliner, dan haritage di kawasan Blora timur, dengan jumlah pengunjung yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Seperti di Cepu dan sekitarnya, keberadaan stasiun PT KAI Cepu mendukung para tamu (wisatawan) berkunjuung ker Blora dengan tujuan wisata haritage Loko Tour, Kampung Samin Sambongrejo, Kedungpupur, dan sumur minyak tua Ledok.

“Wisata kulinernya lontong opor Ngloram, Cepu, juga jadi primadona dan banyak dikunjungi wisatawan dari Jatim dan daerah lain,” jelas Kunto.

Sudah 150.000

Sedangkan di kawasan Blora barat, wisatawan bisa ke Goa Terawang, Kampung Durian, Waduk Tempuran, Rumah Sastra Pramoedya, dan berkuliner sate ayam Blora.

 

Menurut Kunto, wisata kuliner di Waduk Tempuran tidak pernah sepi pengunjung, bahkan di hari-hari libur besar, wisatawan bisa menghabniskan satu ton ikan, dan hari-hari biasa sekitar satu hingga dua kuintal perharinya.

“Hitungan kami, sampai pekan ketiga Juli 2018 sudah sekitar 150.000 wisatawan berkunjung ke Blora, terbanyak wisatawan kuliner,” tambahnya.

Untuk itu, sektor pariwisata di Kabupaten Blora digarap serius menggandeng seluruh stakeholder pariwisata yang ada, dan didukung publikasi memadai.

Diakuinya, pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata tidak akan bisa maksimal jika dilakukan sendiri, dan butuh kontribusi dari seluruh stakeholder.

Daya tarik lainnya, seperti atraksi budaya seni Barongan dan Tayub Blora, karena  bisa dipertunjukkan shiburan wisatawan ketika berkunjung ke salah satu obyek.

Kini, Pemkab juga mendorong masyarakat membentuk pengelolaan daya tarik wisata desa dalam bentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), karena perannya kian nyata. (suarabaru.id/Hn)