blank
Kertupat berisi uang dan kupon makanan digerebeg warga Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan. (Suarabaru.com/dok)

 

MAGELANG- Ketupat biasanya diisi beras. Beda halnya dengan tradisi warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, ketupat diisi uang pecahan Rp 500 hingga Rp 50.000.

Atau bisa pula diisi dengan kupon makanan dan barang yang bisa diambil di tempat yang sudah ditentukan. Kegiatan yang berlangsung beberapa hari lalu dinaman ‘gerebeg ketupat’.

Salah satu tokoh warga setempat Tri Setyo Nugroho menerangkan, prosesi gerebeg  ketupat diawali dengan penjemputan gunungan ketupat yang diletakkan di serambi Masjid Darussalam di kampung tersebut, yang dilakukan Kepala Dusun Dawung dan seluruh ketua rukun tetangga di dusun itu.

Turut mengawal gunungan sejumlah pemain keseniantradisional yang berkembang di Dusun Dawung, sekaligus meramaikan acara puncak lebaran tersebut.

Dari masjid gunungan ketupat selanjutnya dikirab keliling dusun. Sesampainya di salah satu tanah yang lapang, gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat yang menyaksikan. Kurang dari lima menit, sekitar 3.000 ketupat di gunungan itu  ludes.

Tradisi gerebeg ketupat di Dusun Dawung tersebut berlangsung sejak enam tahun lalu. Awalnya tradisi gerebeg ketupat tersebut hanya diperuntukan bagi anak-anak kecil di dusun itu. ‘’Untuk menarik perhatian anak-anak, ketupat diisi dengan uang,’’ katanya.

Dia yang akrab dipanggil Gepeng Nugroho menerangkan, masyarakat setempat memang memilih ketupat yang diisi uang atau kupon yang diperebutkan agar tidak mubazir bila  terinjak-injak.

Menurutnya, karena animo masyarakat terus meningkat, maka dari tahun ke tahun  gerebeg ketupat ini ditingkatkan,  dan yang ikut terlibat merebut gunungan tersebut tidak hanya anak- anak, melainkan juga orang dewasa.

Dia menambahkan, tradisi gerebeg ketupat ini dilakukan sebagai salah satu ajang silaturahmi antarwarga sekaligus memeriahkan Hari Raya Lebaran.

‘’Kegiatan ini juga sebagai wujud syukur atas kebahagian yang diraih, setelah selama satu bulan penuh menjalankan puasa. Selain itu, juga sebagai wujud syukur warga membagikan sedikit uangnya kepada masyarakat banyak yang menyaksikan acara tersebut,’’ ujarnya.

Guru SMK 17 Magelang itu menuturkan, ketupat yang berisi uang tersebut dibuat secara sukarela oleh masyarakat setempat dan tidak  ditentukan jumlahnya, serta tidak ditentukan pula nominal uang yang akan dimasukkan ke dalam selongsong ketupat tersebut.

Sebelum gerebeg ketupat dimulai, acara diawali dengan pengajian yang dilaksanakan di dalam masjid yang ada di ujung dusun. Acara tersebut tidak berhenti di situ saja, melainkan hingga larut malam. Pada malam harinya, atau setelah salat Isya, berbagai kesenian yang dimainkan oleh para pemuda setempat. (Suarabaru.id/dh)