blank
Anggota Komisi 8 DPR-RI, Endang Maria Astuti (berdiri), menyampaikan sambutan sekaligus masukan dalam seminar nasional pencegahan perkawinan dini di Kampus Staimas Wonogiri, SMNet.Com/bp

 

WONOGIRI – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mendorong Wonogiri menjadi Kabupaten Layak Anak (KLA). Untuk mewujudkan ini, perlu digencarkan kampanye stop perkawinan dini sebagai upaya memahamkan kepada masyarakat, bahwa selagi usia masih anak-anak jangan keburu melahirkan.

Demikian ditegaskan Asisten Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA, Rohika Kurniadi Sari SH MSi, pada acara seminar nasional tentang proteksi anak dalam pusaran pernikahan dini. Seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Karya Emas Center Kabupaten Wonogiri ini, digelar Jumat (11/5) di aula Sekolah Tinggi Agama Islam (Staimas) Mulia Astuti Kabupaten Wonogiri. Ikut hadir memberikan sambutan sekaligus materi masukan, Anggota Komisi 8 DPR RI, Hj Endang Maria Astuti SAg SH MH, dan Ketua Staimas Dr Bramastia MPd.

Rohika Kurniadi menyatakan, Kabupaten Wonogiri memiliki potensi untuk didorong menjadi KLA. Yang menjadi persoalan, tandas Ika (panggilan populer Rohika Kurniadi red), untuk mewujudkan ini harus mendapatkan dukungan semua pihak. KPPPA tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk dari institusi masyarakat dan isntansi terkait.

Menurut Ika, perlu ada upaya kongkrit dari empat pilar untuk melakukan langkah perubahan, dengan giat melaksanakan kampanye stop perkawinan dini. Empat pilar tersebut terdiri atas pemerintah, lembaga masyarakat, dunia usaha dan media. Sementara itu, langkah pencegahan perkawinan dini dapat dilakukan melalui keluarga, sekolah ramah anak, lingkungan dan wilayah.

Ika, mengemukakan berbagai upaya terus dilakukan jajaran KPPPA, di antaranya melalui regulasi kebijakan strategi untuk pencegahan perkawinan usia anak, wajib belajar (Wajar) 12 tahun, menyusun strategi nasional pencegahan perkawinan anak, dan pelatihan forum anak sebagai pelopor dan pelapor (2P).

‘’Mari anak-anak yang hadir saat ini, semuanya bisa menjadi pelopor dan pelapor. Ajak teman-temannya untuk mengkampanyekan stop perkawinan anak,’’ pinta Ika.

Sekretaris Yayasan Karya Emas Center, Dwi Haryatmo, mengharapkan, melalui seminar ini para peserta bisa menjadi agen-agen perubahan untuk mensosialisasikan upaya pencegahan perkawinan dini. ‘’Pernikahan dini jangan dipaksakan kalau belum siap. Kami berharap, partisipasi dari bapak ibu guru, Ormas dan semua elemen masyarakat, untuk mencegah pernikahan dini,’’ ucap Dwi.

Anggota Komisi 8 DPR-RI, Endang Maria Astuti, merasa prihatin dengan kondisi yang dialami anak-anak di Kabupaten Wonogiri.  ‘’Sampai tahun 2018 Wonogiri masih sangat memprihatinkan, utamanya mengenai nasib yang dialami adik-adik kita. Sebab, di antara mereka ada yang menikah karena atas dasar suka sama suka, atau karena kecelakaan remaja. Mari kita yang hadir di seminar ini mampu berperan untuk menularkan kepada sahabat anak-anak, menjadi pelopor untuk mencegah pernikahan anak,’’ jelas Endang.

Ketua Staimas, Bramastia menyebutkan, ada beberapa penyebab sehingga anak menikah di usia dini. Yaitu karena alasan ekonomi, pendidikan, faktor orang tua, efek media sosial (medsos) dan karena aturan adat. Salah satu peserta seminar, Afidz mengharapkan, untuk meraih sukses upaya menecegah perkawinan dini, hendaknya forum seminar seperti ini dapat pula diadakan di desa-desa, agar bisa langsung ke sasaran para orang tua dan anak-anak.(SMNet.Com/bp