blank
Para tokoh agama dan Anggota DPR-RI Endang Maria (duduk paling kanan) yang hadir dalam forum dialog menyongsong Ramadan 1439 H di Kampus Staimas Wonogiri, berfoto bersama setelah sebelumnya membubuhkan tanda tangan pada piagam deklarasi damai.(SMNet.Com/bp)
WONOGIRI – Pemimpin harus bersikap bijaksana, memiliki wawasan luas, dan mampu tampil menjadi sosok panutan untuk memberikan keteladanan dalam mewujudkan kedamaian.
Manakala pemimpin bersikukuh pada egonya masing-masing, maka akan berpotensi menimbulkan konflik horisontal dan memicu terjadinya perpecahan.
Demikian kesimpulan yang dapat dipetik dari dialog membahas masalah kepemimpinan yang digelar di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (Syaimas) Kabupaten Wonogiri.
Ketua Staimas Wonogiri, Bramastia, menyatakan, dialog membahas pemimpin ini, digelar dalam rangka menyongsong datangnya bulan suci Ramadan 1439 H. Mengambil tema’ Menjaga Ukhuwah Bangsa.
Dalam dialog tersebut, Heru Budi Santosa, sebagai salah satu peserta, mempertanyakan akar permasalahannya apa, sehingga ketika terjadi beda pendapat, itu berpotensi dapat memperuncing persoalaan yang mengarah pada perpecahan.
”Akar masalahnya ketika pemimpin dan tokoh masyarakat, tidak mampu memberikan uswah hasanah, menjadi suri tauladan kepada masyarakat,” kata Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wonogiri, Drs H Ali Yatiman.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Wonogiri, H Soetopo Broto, menyebutkan ada kecenderungan ego masing-masing pemimpin dan pemuka masyarakat terlalu tinggi.
”Itulah yang menjadi akar permasalahan yang berpotensi dapat menyebabkan perpecahan,” jelasnya. Manakala pemimpin dapat bersikap bijak, dan mau banyak belajar untuk menambah wawasan, niscaya tidak akan berpotensi menjadi pemicu terjadinya perpecahan bangsa.
”Kerukunan umat beragama dan antar umat beragama pun, akan dengan mudah dapat diwujudkan,” tandas Ustadz Soetopo Broto.
Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Wonogiri yang diwakili H Haryadi SAg MPd, menyatakan, ada tiga akar masalah yang dapat menyebabkan terjadinya perpecahan.
Yaitu, kepentingan ekonomi, ego sektoral, dan terjadinya split personality atau kepribadian ganda. “Akar-akar masalah itu, bisa membuat benturan-benturan dan yang dampaknya mengancam pada kerukunan,” jelasnya.
Ketua Staimas Wonogiri, Dr Bramastia, MPd , menyampaikan menjelang bulan suci Ramadan, masalah ukhuwah bangsa perlu untuk dirajut dengan kokoh. ”Perlu ada kedamaian, keteladanan, toleransi dan kerukunan,” kata Bramastia yang tampil menjadi moderator dialog.
Sementara itu dari Kecamatan Baturetno (45 Kilometer selatan Kota Wonogiri), Selasa malam (8/5), digelar pengajian akbar yang dikemas dalam event ‘Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng.’ Menghadirkan tokoh budayawan agamis populer MH Ainun Najid.
Acara ini diprakarsai oleh komunitas Remaja Islam Masjid Baturetno dengan penanggung jawab Dedy Yunianto Adi Wijaya.
Ikut hadir Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Ketua DPRD Wonogiri Setyo Sukarno, Pemimpin Pondokl Pesantren (Ponpes) Tremas Pacitan, Gus Amah, Camat Baturetno, Teguh Setiyono, bersama jajaran Forkopincam, para tokoh agama dan tokoh masyarakat beserta para Jamaah Maiyah wilayah Soloraya.
Acara dimeriahkan dengan sajian musik hadrah Kiai Kangjeng yang menyuguhkan aneka tembang agamis dalam berbagai garap irama nada dan sajian aransemen kontemporer yang disukai masyarakat.(SMNet.Com/bp)