blank
Bupati Wonogiri diwakili Sekda Suharno (kanan), melakukan pemukulan gong menandai dibukanya gebyar seni budaya musik campursari selama 100 jam nonstop, SMNet.Com/bp

 

WONOGIRI – Para seniman tari dari berbagai sanggar tari di Kabupaten Wonogiri, menyajikan tarian selama 12 jam nonstop dalam ikut memeriahkan peringatan Hari Tari se Dunia Tahun 2018. Bersamaan itu, dalam menyongsong peringatan Hari Jadi  Ke 227 Kabupaten Wonogiri Tahun 2018, disajikan event spektakuler musik campursari selama 100 jam nonstop.
Sajian tari selama 12 jam, dikemas dalam tontonan ”Solah Raga Nggayuh Rasa” di pelataran parkir dekat pintu gerbang Museum Karst Indonesia (MKI) di Dusun Mudal, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro (45 Kilometer arah barat daya Kota Wonogiri).

Kegiatan yang diprakarsai oleh Siti Fatonah dari Sanggar Seni Shaka Budaya di Dusun Jenar RT 1/RW 14 Desa dan Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, ini dibuka oleh Camat Pracimantoro (Warsito).
Ikut hadir dalam pembukaan event Solah Raga Nggayuh Rasa ini, Danramil-13 Pracimantoro yang diwakili Pelda Suef, Kepala Museum Kart Indonesia Ny Duwi, Ketua Penyelenggara Siti Fathonah, Kepala Desa Gebangharjo Boegyono, Kapolsek Pracimantoro yang diwakili Ipda Syam Hadi bersama dua personel Duta Wisata Kabupaten Wonogiri, Liana Ayu Saputri dan Nimas.

Selama 12 jam, secara nonstop disajikan aneka macam tarian, seperti Tari Gamyong, Tari Kenong Wonogiren, Tari Siluet Indonesia, Tari Kerinci, Tari Golek Manis, Tari Midat Midut, Tari Kelinci, Tari Payung, Tari Lilin, Tari Kukilo, Tari Tegar Nglaroh, Tari Tor Tor, Tari Merak Subal, Tari Ketek Ogleng Gunung Sewu dan Tari Reog yang melibatkan sejumlah warok (seniman reog) yang diprakarsai oleh WarokSura Abi Ali bersama rekan-rekannya.

Camat Pracimantoro, Warsito, memberikan apresiasi terhadap para seniman  tari yang telah menyajikan event 12 jam menari dalam rangka memeriahkan penyambutan Hari Tari se Dunia Tahun 2018 tersebut. ‘’Generasi muda, harus mempunyai kreativitas dalam berkesenian, termasuk dalam upaya melestariakn aneka seni budaya bangsa, agar tidak luntur dan pudar pamornya oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,’’ tegasnya.

Event ini, tambah Camat Warsito, hendaknya dapat dijadikan titik kebangkitan kawula muda untuk mencintai potensi budaya lokal, sebagai bagian dari kiat melestarikan budaya bangsa yang adi luhung.

”Salam Budaya…..” teriak Siti Fatonah ketika naik ke panggung untuk mengawali penyampaian laporannya. Sebagai pemrakarsa gelar tari selama 12 jam nonstop, pimpinan Sanggar Seni Shaka Budaya, dia menyatakan, event seperti ini biasa disajikan oleh sanggar-sanggar seni yang berkedudukan di kota. Baru kali ini disajikan di wilayah pedesaan.

Maksud dan tujuan digelarnya sajian tari 12 jam ini, untuk memeriahkan peringatan Hari Tari se Dunia Tahun 2018 yang tepatnya jatuh pada 29 April 2018. Pada sisi lain, melalui event ini kiranya dapat menjadi sarana untuk memotivasi dan mengoptimalkan pembinaan seni budaya bagi kaum muda di wilayah pedesaan.

Sementara itu, gelar seni budaya dengan menyajikan musik campursari selama 100 jam secara nonstop digelar di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri, dibuka dengan tanda pemukulan gong oleh Bupati Wonogiri yang diwakili oleh Sekda Suharno. Sebanyak 43 group musik campursari dari Kabupaten Wonogiri dan dari berbagai kota di Jateng dan DI Yogyakarta serta dari Jatim, tampil ke atas panggung sejak Sabtu malam (29/4) dan direncankan berlangsung sampai dengan Rabu tengah malam (2/5) nanti.

Pentas musik campursari 100 jam nonstop ini, disajikan sebagai event spektakuler dalam momentum gebyar seni budaya menyongsong peringatan Hari Jadi  Ke 277Kabupaten Wonogiri Ke 227 pada 19 Mei 2018, sekaligus untuk memecahkan rekor MURI terkait penyajian musik campursari terlama di dunia. (SMNet.Com/bp).