blank
Polres Wonogiri bekerjasama dengan Kemenag Kabupaten Wonogiri, menggelar acara pembinaan kepada para pengurus Rohis, sebagai upaya penanaman rasa nasionalisme dan penanggulangan radikalisme, serta antisipasi penyebaran hoax dan ujaran kebencian.(SMNet.Com/bp)

 

WONOGIRI- Radikalisme menjadi ancaman disintegrasi bangsa. Demikian ditegaskan Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Muhammad Yuliyanto, saat menyampaikan paparan tentang materi nasionalisme dan antiradikalisme, pada forum pembinaan kepada para pengurus Rohani Islam (Rohis) se Kabupaten Wonogiri.

Pembinaan para pengurus Rohis tentang penanaman rasa nasionalisme ini, digelar di aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Wonogiri, kemarin. Diikuti sebanyak 58 siswa pengurus Rohis dari 17 SMA/SMK di Kabupaten Wonogiri.

Rohis adalah bagian dari organisasi Dewan Keluarga Masjid (DKM) yang di dalamnya merekrut para siswa di jenjang pendidikan SMA/SMK, dalam upaya memperdalam dan memperkuat ajaran Islam melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Kasat Intel Polres Wonogiri, AKP Sihono, menyatakan, pembinaan Rohis ini dilakukan dalam rangka meningkatkan rasa nasionalisme dalam upaya pencegahan dan penanggulangan serta penyebaran faham radikal, hoax serta hate speech (ujaran kebencian) di Kabupaten Wonogiri. Ikut hadir memberikan paparan, Kapolres AKBP Robertho Pardede dan Kepala Kemenag Kabupaten Wonogiri (Subadi).

Yuluianto menerangkan, radikalisme adalah aliran yang menginginkan dibentuknya faham kekerasan. Radikal bisa bermakna positif manakala arahnya menuju perubahan yang lebih baik secara lazim. Namun dalam makna negatif, radikalisme akan menjadi berbahaya bila sampai pada tataran yang melampaui batas dan keterlaluan. Yakni ketika ada pemaksaan pada pemeluk agama lain.

Menurutnya, ada lima ciri gerakan radikalisme. Pertama, menjadikan Islam sebagai ideologi final dalam mengatur kehidupan indifidual dan politik ketatanegaraan. Kedua, nilai Islam yang dianut mengadopsi sumber di Timur Tengah tanpa difilter. Ketiga, hanya fokus pada Al Quran dan Hadist. Keempat, menolak ideologi non-Timur Tengah termasuk ideologi barat. Kelima, gerakan kelompok yang berseberangan dengan masyarakat termasuk pemerintah.

Yulianto menyatakan, untuk menanggulangi berkembangnya paham radikalisadikalisme yang bisa menjadi ancaman disintegrasi bangsa ini, harus ditumbuhkan rasa nasionalisme melalui pengembangan budaya, penguatan karakter kepada kaum muda sebagai generasi penerus. Kepada mereka juga perlu ditanamkan sikap jujur, religius, disiplin, kerja keras, kreatif,  dan sikap demokratis.

Kepala Kemenag Kabupaten Wonogiri, Subadi, menyatakan, Islam rohmatan lilalamin membawa kedamaian kelembutan dan tidak dengan kekerasan. Para pelajar semua yang hadir disini, tandas Subadi, hendaknya tidak menyakiti umat yang lain. ‘’Kalau kalian tidak bisa mengucapkan kata yang baik, lebih baik diam,’’ tegas Subadi.

Sebagai pengurus Rohis, hendaknya menjadi anak yang soleh dan solihah sebagaimana yang diharapkan para orang tua kalian. Jadilah anak yang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah, menjadi generasi penerus yang senantiasa waspada terhadap gerakan yang mengatasnamakan agama, tetapi sikap dan perbuatannya seperti preman.(SMNet.Com/bp)