blank
Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina didampingi Kepala Disperindag Sri Retno Murtiningsih ikut membersihkan sampah di Pasar Rejowinangun, SMNet.Com/dh

 

MAGELANG- Aksi bertajuk ‘Nggerebeg  Ngresiki Sampah Pasar’ kemarin (13/4) digelar dengan membersihkan sampah di Pasar Rejowinangun. Kegiatan itu diikuti ratusan personil terdiri atas TNI dan Polri, aparatur sipil negara (ASN) dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD), instansi swasta, komunitas lingkungan, pedagang pasar dan sebagainya.

Mereka membersihkan sampah baik di lantai satu maupun lantai dua. Kegiatan itu juga diikuti Wakil Wali Kota Windarti Agustina dan Kepala Disperindag Sri Retno Murtiningsih.

Windarti mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para pedagang untuk terus menjaga kebersihan pasar Rejowinangun. Kepedulian harus ada dalam diri pedagang dan masyarakat, terlebih Pasar Rejowinangun telah memperoleh penghargaan Anugerah Pancawara sebagai pasar tradisional terbaik se-Indonesia.

‘’Keberadaan pasar Rejowinangun sebagai salah satu pasar tradisional merupakan cermin pertumbuhan ekonomi rakyat. Untuk itu, keberadaan pasar ini harus dikembangkan dan diberdayakan, baik dari sisi manajemen, kebersihan, higienitas dan  juga tekhnologinya,’’ tegasnya.

Dia mengaku  senang dan semangat mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Disperindag. Aksi ini dalam upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di Kota Magelang, khususnya Pasar Rejowinangun.

‘’Langkah yang bagus agar kondisi lingkungan makin bersih, utamanya di dalam pasar. Saya lihat partisipasi masyarakat juga bagus, berbagai elemen kompak bersama-sama membersihkan sampah,’’ tuturnya di sela kegiatan  tersebut.

Kepala Disperindag Kota Magelang, Sri Retno Murtiningsih menjelaskan, kegiatan ini  untuk mendukung program bulan bersih sampah. Pihaknya mengajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut serta dalam grebeg ini.

Menurutnya,  partisipasi pedagang dan pengunjung pasar untuk menjaga kebersihan sudah bagus. Hampir tidak ada sampah berserakan di sudut-sudut pasar, karena mereka membuang sampah di tempat yang telah disediakan.

‘’Petugas kebersihan juga aktif dan rutin membersihkan sampah pasar ini. Produksi sampah di pasar ini luar biasa banyaknya, sehingga memang harus rajin membersihkannya,” tuturnya.

Produksi sampah di pasar tradisional terbesar di wilayah eks-Karesidenan Kedu ini mencapai 11-12 m3/hari. Sampah yang bermacam-macam ini kemudian dipilah menjadi dua bagian, yakni organik dan nonorganik.

Sampah organik langsung diolah dengan sistem megot. Yaitu  dikumpulkan di satu tempat yang sudah terdapat megot atau sejenis ulat pemakan sampah. Ulat-ulat ini akan memakan habis sampah organik setiap hari sekitar 1,5 m3.

‘’Sampah nonorganik oleh pedagang disetorkan ke bank sampah yang ada di pasar. Bank sampah ini dikelola sendiri oleh pedagang, sehingga hasilnya dari sisi ekonomi juga dirasakan oleh pedagang,’’ terangnya.

Pengolahan sampah organik dengan sistem megot ini baru diterapkan sekitar tiga bulan ini. Sistem ini hasil kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang yang sebelumnya sudah melakukan penelitian.

‘’Sistem megot akan kami kembangkan menjadi 4 m3/hari, sehingga sampah bisa diolah dengan baik,’’ ungkapnya. (SMNet.Com/dh)