blank
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito didampingi Ketua DPRD Budi Prayitno melihat hasil kerajinan yang dipamerkan saat berlangsungnya Munrenbang 2019 di Pendapa Pengabdian, SMNet/dh

 

 

 

MAGELANG- Pemkot Magelang menyiapkan lahan seluas 5 hektare di Jalan Soekarno-Hatta, tepatnya di areal sekitar Kantor Patwal Polres Magelang Kota,  untuk membangun pasar induk.  Pembangunannya direncanakan pada tahun anggaran tahun 2019 atau tahun 2020.

Seusai membuka Musrenbang tahun 2019 di Pendapa Pengabdian Rabu (21/3), Wali Kota Sigit Widyonindito mengemukakan, rencana membangun pasar induk sebenarnya sudah cukup lama, tetapi belum bisa direalisasikan hingga sekarang. Dia mengupayakan realisasinya satu atau dua tahun ke depan.

‘’Pasar induk ini untuk menampung berbagai jenis komoditas, terutama sayuran, buah-buahan, daging, perikanan dan lainnya. Saya harap DED (detail enginering design) bisa jadi tahun ini,’’ pintanya.

Menurutnya, pembangunan pasar induk yang diperkirakan menelan dana Rp 200 miliar itu bermula dari keprihatinannya terhadap kondisi Pasar Gotong Royong saat ini. Sigit  merasa gerah melihat kondisi pasar di bawah Gunung Tidar tersebut.

‘’Saya ‘sumuk’ melihatnya pasar itu. Baunya ke mana-mana dan sudah tidak sehat. Saya ingin membenahi agar lebih baik. Maka, perlu ada pasar induk  di mana nantinya sebagian pedagang di Pasar Gotong Royong bisa dipindah ke pasar induk,’’ tuturnya.

Ketua DPRD Kota Magelang Budi Prayitno menyambut baik keinginan orang nomor satu di kota ini. ‘’Rencana membangun pasar induk merupakan konsep lama,’’ terangnya.

Dia yang akrab dipanggil Udik mengaku,  juga sudah mengetahui rencana lokasi pembangunan pasar induk tersebut. Termasuk mengetahui, kalau tanah kosong calon lokasi  pasar induk kini banyak didirikan bangunan liar yang dihuni  warga.

‘’Kalau tidak salah ada sekitar 25 KK yang mendirikan bangunan di atas tanah milik Pemkot Magelang itu. Pada prinsipnya kami setuju dibangun pasar induk. Bagi warga yang menempati lahan itu, bisa dipindah ke Rusunawa yang sudah ada,’’ ujarnya.

Dia menegaskan, nantinya pasar induk tidak akan tumpang tindih dengan Pasar Rejowinangun. Sebab, peruntukan pasar induk berbeda dari Pasar Rejowinangun. ‘’Saya melihat Pasar Rejowinangun itu seperti pasar kelontong yang semua barang tersedia. Kalau di pasar induk nanti untuk menampung komoditas khusus, seperti sayuran, aneka bunga, buah-buahan, perikanan, peternakan, daging dan lainnya,’’ ungkapnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), Joko Suparno mengutarakan, pembangunan pasar induk memang sudah masuk dalam perencanaan. Saat ini prosesnya sudah dimulai dari DED, setelah itu diteruskan pembebasan beberapa tanah dan pembangunan fisik.

‘’Perkiraan tahun 2019-2020 sudah bisa dibangun. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 200 miliar dengan sumber yang masih kita kaji, apakah dari APBD, APBN atau campuran keduanya. Yang jelas, adanya pasar ini dapat meningkatkan perputaran uang dan ekonomi masyarakat,’’ tandasnya. (SMNet/dh)